Sabtu, 01 Desember 2012

Surat Terakhir Untuk Kakak


Dia memandangku dengan cemas nya, aku pun hanya terdiam menyesali kesalahanku. Berkali kali omelan keluar dari mulut nya.
“Dasar adek bandel, kan udah kakak bilang jangan lari-lari dari tadi”. Katanya cemas. “Maaf kak, aku kan juga pingin main kaya anak lain”. Rengek ku.

Memang aku mempunyai tubuh yang lemah, setiap hari aku hanya diam dikamar kadang hanya main dengan kakak ku ditaman. Aku tidak tau apa yang salah dari tubuh
ku ini sering tubuh ini membuatku berada dirumah sakit. Karena aku kakak ku lah yang paling mencemaskan aku, dialah yang perduli dengan keadaan ku ini.
Suatu hari kejadian aneh menimpaku, kejadian yang sebenarnya belum pernah terjadi sebelum nya. Ketika aku bermain dengan kakak ku ditaman tanpa sadar hidungku mengeluarkan darah segar yang entah aku tak tau kenapa. Kak ghaida pun sangat panik dia langsung membawaku kerumah dan menyuruhku untuk istirahat.

“adek enggak apa apa kan ?”. Tanya nya sembari mengusap kepalaku. “enggak apa-apa kok  kak Cuma  tadi kebentur pohon”. Kataku tersenyum. “adek istirahat ya biar besok kakak bawa ke dokter”. Kata nya padaku. “ah kak, kan besok aku mau sekolah udah seminggukan aku enggak kesekolah”. Jawabku. “enggak kakak besok bawa kamu ke dokter”. Sembari merengutkan wajahnya. “ayolah kak, aku juga pengen pergi keluar”. Rengek ku pada kakak. “yaudah tapi sekarang adek tidur dulu ya kan besok mau sekolah”. Kata kak ghaida tersenyum.

Pagi yang cerah ini kurasa sangat menyenangkan. Ucapan selamat pagi kak ghaida membuatku sungguh ingin cepat bangun dan memulai hariku. Aku pun bergegas mandi dan sarapan. Kak Ghaida yang menyiapkan semua nya karena ayahku sudah pergi bekerja seperti biasa dan ibuku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu dan kak Ghaida lah satu-satu nya orang yang aku punya. Akupun menikmati sarapan pagiku, sepiring nasi goreng dan segelas susu buatan kak Ghaida adalah makanan terlezat dalam hidupku. Aku pun dengan cepat melahap makanan didepan mataku karena aku ingin cepat menghirup udara luar yang lama aku inginkan.

“ayo kak cepetan makan nya !”. sambil menarik narik baju sma kak ghaida. “iya sabar, ini kan baru jam 6.30 mau apa sih ke sekolah ? kangen pacar ya”. Ledek kak Ghaida. “ah kakak mah gitu, aku kan mau sekolah ayo cepet kak !”. sambil merengut aku menarik kak Ghaida. “oke kita berangkat” ajak kak Ghaida yang sudah selesai makan. Aku pun berangkat bersama kak ghaida dengan berboncengan sepeda. Angin pagi begitu sejuk kurasa untuk berangkat sekolah bersama kakak yang aku sayangi. 

Setibanya disekolah karena senang nya aku langsung lari menuju kelas ku tanpa berpamitan kepada kak Ghaida yang masih diam disepedanya. Aku pun hanya melambaikan tangan ku kepada kak Ghaida dan kakak pun membalas nya dengan senyuman nya. Aku pun beranjak memasuki kelas ku yang lama aku tinggal. Sembari aku berkata “dunia, aku kembali !”.

Jam masuk pun berbunyi. Pelajaran hari ini adalah pelajaran yang aku suka bahasa Indonesia. Aku mulai mempersiapkan buku-buku diatas meja sembari mengobrol dengan teman sebangku ku. Dan tiba tiba ibu guru berkata bahwa materi hari ini adalah membuat surat dan aku boleh mebuat surat buat siapa saja yang aku sukai. Terpikir wajah kak Ghaida dalam otak ku dan aku pun mulai menuliskan apa yang akan ku tulis untuk kakak. Kata demi kata aku tuliskan perasaan sayangku untuk kakak ku tercinta. Tanpa ku sadari jam pulang pun berbunyi, surat yang aku buat pun udah jadi aku pun mengumpulkan nya ke meja bu guru dan mulai membenahi buku untuk pulang. 

Aku menunggu kakak didepan gerbang sekolah seperti biasa, dan seperti biasa aku hanya duduk terdiam sambil melihat kendaraan berlalu lalang. Tiba tiba saja aku merasa pusing dan badanku lemas. Tak kusadari mulutku mengeluarkan darah segar, aku pun hanya mengusapnya dengan tissue. 15 menit belalu dan kak Ghaida pun datang.

“Hallo adek, maaf kakak lama tadi ada tambahan soalnya”. Kak Ghaida datang sambil mencubit pipiku. “enggak kok kak, ayo kita pulang”. Ajak ku. “eh, itu apa merah merah?”. Tiba tiba kak Ghaida memegang seragamku. “Cuma saos kok kak, tadi aku main terus ketumpahan saosnya temenku hehe”. Terpaksa aku berbohong agar kak Ghaida tidak mencemaskan aku. Akhirnya kita pun pulang dengan berboncengan lagi.

Sesampainya dirumah aku melepas seragam ku tadi dan langsung menaruh di mesin cuci, karena aku tidak mau ketahuan apa yang terjadi tadi disekolah. Dan ku dengar kak Ghaida memanggilku, aku bergegas menuju arah kak Ghaida diruang keluarga.
         
   “Ada apa sih kak, kok kenceng banget manggilnnya ?”. Tanya ku penasaran. “adek hadap ke belakang deh”. Senyum nya. Aku pun kaget melihat apa yang didepanku kurasa aku tidak percaya. Sebuah hadiah mainan kamen rider yang aku suka. “adek suka enggak ?”. Tanya kak Ghaida. “suka benget kak, makasih ya kakak emang yang paling baik”. Aku pun memeluk kak Ghaida yang telah member hadiah ini. “kak, aku coba dulu ya didepan, makasih kakak”. Dengan senang nya aku pun menuju halaman depan untuk mencoba hadiah dari kak Ghaida.

“Heshin !”. aku mulai memainkan nya dengan ceria, tak pernah aku seceria ini dalam hidupku. “awas musuh datang”. Tiba tiba kak Ghaida datang dengan mainan nya sendiri. Kita berdua pun saling bercanda di halaman. Tiba-tiba perasaan ku tidak enak, benar saja aku mulai merasakan kejadian disekolah tadi, dan akhirnya tubuhku tak mampu menahan lagi hingga aku tak sadarkan diri.

Aku seperti terbang ke dunia yang berbeda, disini terasa seperti hinggap diawan putih nan bersih bersama kak Ghaida disampingku. Ku rasa sangatlah indah berasa disini. Terdengar suara lirih.

“adek jangan tinggalin kak Ghaida, kakak sayang adek. Kakak bakal ngelakuin apa aja buat adek asal adek enggak ninggalin kak Ghaida sendiri” terdengar suara kak Ghaida menangis ditelingaku. Aku pun mulai sadar dari mimpiku dan terbangun. Ku lihat kak Ghaida menangis disampingku. Dan tiba-tiba saja dia memeluk ku. Aku rasa ini adalah kesempatanku terakhirku yang diberi tuhan untuk berbicara kepada kak Ghaida.

“Kakak kenapa nangis, adek kan masih disini sama kakak, adek sayang kakak kok jadi jangan nangis ya”. Kataku tersenyum. Kak Ghaida hanya menangis mendengar ucapan ku, pelukannya semakit kuat kurasakan. Dan aku rasa tubuh ini semakin lemah, mungkin ini adalah pelukan terakhir yang aku rasakan dari kakak ku. “Kakak tau kok, kalo adek kuat. Kakak mau adek cepet sembuh terus main sama kakak lagi. Inget enggak hadiah yang kakak kasih, kakak bakal kasih kamu apa aja asal adek cepet sembuh”. Kata kak ghaida terisak isak. Kurasa ada sesuatu yang mengganjal dipikaran ku, aku ingin mengucapkan satu kata yang ingin aku ucap ke kak Ghaida. “Kakak”. Kata ku lemah. “iya adek kenapa?”. Sambil terus memelukku dan tangisan nya sedikit mereda. “Aku sayang kakak”. Tiba tiba tubuhku tak berdaya lagi dan inilah hal terakhir yang aku sampai kan kepada kakak ku. “adek ! adek !”. kak Ghaida menggoyang goyangkan badan ku suara tangisan nya pun menjadi jadi. Akhirnya perpisahan itupun terjadi.

7 hari setelah kematianku, dia semakin bisa untuk berdiri. Suatu ketika dia menemukan sesuatu didalam laci meja belajarnya. Surat untuknya yang aku selipkan. Dia menangis kembali melihat suratku untuknya.

Untuk kakak ku tersayang. Terimakasih sudah menjagaku selama ini, sudah mengajakku bermain dan bercanda. Mungkin aku bandel sama kakak tapi aku juga sayang kakak. Kakak adalah hal yang tak tergantikan. Oh iya terimakasih juga buat nasi goreng yang kakak buat setiap hari aku suka loh. Semoga kakak selalu menjadi kakak ku yang cerewet dan cantik. Aku sayang kakak”

-END-


Ditulis oleh @RickLee_kun
Terima kasih atas cerpennya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar