Dia memandangku dengan cemas nya, aku
pun hanya terdiam menyesali kesalahanku. Berkali kali omelan keluar dari mulut
nya.
“Dasar
adek bandel, kan udah kakak bilang jangan lari-lari dari tadi”. Katanya cemas.
“Maaf kak, aku kan juga pingin main kaya anak lain”. Rengek ku.
Memang aku mempunyai tubuh yang
lemah, setiap hari aku hanya diam dikamar kadang hanya main dengan kakak ku
ditaman. Aku tidak tau apa yang salah dari tubuh
ku ini sering tubuh ini
membuatku berada dirumah sakit. Karena aku kakak ku lah yang paling mencemaskan
aku, dialah yang perduli dengan keadaan ku ini.
Suatu
hari kejadian aneh menimpaku, kejadian yang sebenarnya belum pernah terjadi
sebelum nya. Ketika aku bermain dengan kakak ku ditaman tanpa sadar hidungku
mengeluarkan darah segar yang entah aku tak tau kenapa. Kak ghaida pun sangat
panik dia langsung membawaku kerumah dan menyuruhku untuk istirahat.
“adek enggak apa apa kan ?”. Tanya
nya sembari mengusap kepalaku. “enggak apa-apa kok kak Cuma
tadi kebentur pohon”. Kataku tersenyum. “adek istirahat ya biar besok
kakak bawa ke dokter”. Kata nya padaku. “ah kak, kan besok aku mau sekolah udah
seminggukan aku enggak kesekolah”. Jawabku. “enggak kakak besok bawa kamu ke
dokter”. Sembari merengutkan wajahnya. “ayolah kak, aku juga pengen pergi
keluar”. Rengek ku pada kakak. “yaudah tapi sekarang adek tidur dulu ya kan
besok mau sekolah”. Kata kak ghaida tersenyum.
Pagi yang cerah ini kurasa sangat
menyenangkan. Ucapan selamat pagi kak ghaida membuatku sungguh ingin cepat
bangun dan memulai hariku. Aku pun bergegas mandi dan sarapan. Kak Ghaida yang
menyiapkan semua nya karena ayahku sudah pergi bekerja seperti biasa dan ibuku
sudah meninggal beberapa tahun yang lalu dan kak Ghaida lah satu-satu nya orang
yang aku punya. Akupun menikmati sarapan pagiku, sepiring nasi goreng dan
segelas susu buatan kak Ghaida adalah makanan terlezat dalam hidupku. Aku pun
dengan cepat melahap makanan didepan mataku karena aku ingin cepat menghirup
udara luar yang lama aku inginkan.
“ayo kak cepetan makan nya !”. sambil
menarik narik baju sma kak ghaida. “iya sabar, ini kan baru jam 6.30 mau apa
sih ke sekolah ? kangen pacar ya”. Ledek kak Ghaida. “ah kakak mah gitu, aku
kan mau sekolah ayo cepet kak !”. sambil merengut aku menarik kak Ghaida. “oke
kita berangkat” ajak kak Ghaida yang sudah selesai makan. Aku pun berangkat
bersama kak ghaida dengan berboncengan sepeda. Angin pagi begitu sejuk kurasa
untuk berangkat sekolah bersama kakak yang aku sayangi.
Setibanya disekolah karena senang nya
aku langsung lari menuju kelas ku tanpa berpamitan kepada kak Ghaida yang masih
diam disepedanya. Aku pun hanya melambaikan tangan ku kepada kak Ghaida dan
kakak pun membalas nya dengan senyuman nya. Aku pun beranjak memasuki kelas ku
yang lama aku tinggal. Sembari aku berkata “dunia, aku kembali !”.
Jam masuk pun berbunyi. Pelajaran
hari ini adalah pelajaran yang aku suka bahasa Indonesia. Aku mulai
mempersiapkan buku-buku diatas meja sembari mengobrol dengan teman sebangku ku.
Dan tiba tiba ibu guru berkata bahwa materi hari ini adalah membuat surat dan
aku boleh mebuat surat buat siapa saja yang aku sukai. Terpikir wajah kak
Ghaida dalam otak ku dan aku pun mulai menuliskan apa yang akan ku tulis untuk
kakak. Kata demi kata aku tuliskan perasaan sayangku untuk kakak ku tercinta.
Tanpa ku sadari jam pulang pun berbunyi, surat yang aku buat pun udah jadi aku
pun mengumpulkan nya ke meja bu guru dan mulai membenahi buku untuk pulang.
Aku menunggu kakak didepan gerbang
sekolah seperti biasa, dan seperti biasa aku hanya duduk terdiam sambil melihat
kendaraan berlalu lalang. Tiba tiba saja aku merasa pusing dan badanku lemas.
Tak kusadari mulutku mengeluarkan darah segar, aku pun hanya mengusapnya dengan
tissue. 15 menit belalu dan kak Ghaida pun datang.
“Hallo adek, maaf kakak lama tadi ada
tambahan soalnya”. Kak Ghaida datang sambil mencubit pipiku. “enggak kok kak,
ayo kita pulang”. Ajak ku. “eh, itu apa merah merah?”. Tiba tiba kak Ghaida
memegang seragamku. “Cuma saos kok kak, tadi aku main terus ketumpahan saosnya
temenku hehe”. Terpaksa aku berbohong agar kak Ghaida tidak mencemaskan aku.
Akhirnya kita pun pulang dengan berboncengan lagi.
Sesampainya dirumah aku melepas
seragam ku tadi dan langsung menaruh di mesin cuci, karena aku tidak mau
ketahuan apa yang terjadi tadi disekolah. Dan ku dengar kak Ghaida memanggilku,
aku bergegas menuju arah kak Ghaida diruang keluarga.
“Ada apa sih kak, kok kenceng
banget manggilnnya ?”. Tanya ku penasaran. “adek hadap ke belakang deh”. Senyum
nya. Aku pun kaget melihat apa yang didepanku kurasa aku tidak percaya. Sebuah
hadiah mainan kamen rider yang aku suka. “adek suka enggak ?”. Tanya kak
Ghaida. “suka benget kak, makasih ya kakak emang yang paling baik”. Aku pun
memeluk kak Ghaida yang telah member hadiah ini. “kak, aku coba dulu ya
didepan, makasih kakak”. Dengan senang nya aku pun menuju halaman depan untuk
mencoba hadiah dari kak Ghaida.
“Heshin !”. aku mulai memainkan nya
dengan ceria, tak pernah aku seceria ini dalam hidupku. “awas musuh datang”.
Tiba tiba kak Ghaida datang dengan mainan nya sendiri. Kita berdua pun saling
bercanda di halaman. Tiba-tiba perasaan ku tidak enak, benar saja aku mulai
merasakan kejadian disekolah tadi, dan akhirnya tubuhku tak mampu menahan lagi
hingga aku tak sadarkan diri.
Aku seperti terbang ke dunia yang
berbeda, disini terasa seperti hinggap diawan putih nan bersih bersama kak
Ghaida disampingku. Ku rasa sangatlah indah berasa disini. Terdengar suara
lirih.
“adek jangan tinggalin kak Ghaida,
kakak sayang adek. Kakak bakal ngelakuin apa aja buat adek asal adek enggak
ninggalin kak Ghaida sendiri” terdengar suara kak Ghaida menangis ditelingaku.
Aku pun mulai sadar dari mimpiku dan terbangun. Ku lihat kak Ghaida menangis
disampingku. Dan tiba-tiba saja dia memeluk ku. Aku rasa ini adalah
kesempatanku terakhirku yang diberi tuhan untuk berbicara kepada kak Ghaida.
“Kakak kenapa nangis, adek kan masih
disini sama kakak, adek sayang kakak kok jadi jangan nangis ya”. Kataku
tersenyum. Kak Ghaida hanya menangis mendengar ucapan ku, pelukannya semakit
kuat kurasakan. Dan aku rasa tubuh ini semakin lemah, mungkin ini adalah
pelukan terakhir yang aku rasakan dari kakak ku. “Kakak tau kok, kalo adek
kuat. Kakak mau adek cepet sembuh terus main sama kakak lagi. Inget enggak
hadiah yang kakak kasih, kakak bakal kasih kamu apa aja asal adek cepet
sembuh”. Kata kak ghaida terisak isak. Kurasa ada sesuatu yang mengganjal
dipikaran ku, aku ingin mengucapkan satu kata yang ingin aku ucap ke kak
Ghaida. “Kakak”. Kata ku lemah. “iya adek kenapa?”. Sambil terus memelukku dan
tangisan nya sedikit mereda. “Aku sayang kakak”. Tiba tiba tubuhku tak berdaya
lagi dan inilah hal terakhir yang aku sampai kan kepada kakak ku. “adek ! adek
!”. kak Ghaida menggoyang goyangkan badan ku suara tangisan nya pun menjadi
jadi. Akhirnya perpisahan itupun terjadi.
7 hari setelah kematianku, dia
semakin bisa untuk berdiri. Suatu ketika dia menemukan sesuatu didalam laci
meja belajarnya. Surat untuknya yang aku selipkan. Dia menangis kembali melihat
suratku untuknya.
“Untuk kakak ku tersayang.
Terimakasih sudah menjagaku selama ini, sudah mengajakku bermain dan bercanda.
Mungkin aku bandel sama kakak tapi aku juga sayang kakak. Kakak adalah hal yang
tak tergantikan. Oh iya terimakasih juga buat nasi goreng yang kakak buat
setiap hari aku suka loh. Semoga kakak selalu menjadi kakak ku yang cerewet dan
cantik. Aku sayang kakak”
-END-
Ditulis oleh @RickLee_kun
Terima kasih atas cerpennya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar